Jangan Biarkan Covid 19 mengambil alih kemanusiaan
Oleh : Tombo Ati
Mengapa Kyai Kyai NU menanggapi Corona dengan doa dan tausiyah kmbali takut kepada Allah? Karena memang tugas ulama sprti itu,belau2 paham, mengidentifikasi hal hal diluar keahlian secara formil merupakan satu hal yg kurang baik. Membiarkan Pemerintah dan Team Medis menyelesaikan secara fisik dan membantu mempertahankan moril kemanusiaan yg kian hari kian degradasi bersama dengan merebaknya virus corona, menjadi kewajiban dan tugas para Ulama. Tetap meyakinkan bahwa ketakutan pada corona tak lantas menghalal kan dibuangnya kemanusiaan, keramahan sosial dan gotong royong pada diri bangsa.
Bagaimana tidak mengerikannya perilaku kita yang kian hari dirasa kian "binatangisme" dimana dalam otak kita adalah defensife diri sendiri tanpa memerdulikan halayak umum. Menimbun masker sebanyak banyaknya, menimbun bahan pokok sebanyak banyaknya, tanpa peduli, ada ratusan masyarakat yg kelaparan, jangankan untuk menimbun dalam rangka mengjindari penyebaran corona, untuk makan esok pun kekurangan. Maka timbunan timbunan itu akan semakin mencekik rakyat kecil. Tak akan ada lagi yg sudi membukakan pintu bagi pengemis karena dirasa tak steril da tak memakai masker, tak ada lagi memberi jabat tangan dan senyum karena trlalu takut dan curiga akan jangkitan corona. Naas sekali bangsa ini.
Maka dari itu ajaran ulama untuk Tetap meyakinkan masyarakat bahwa Tuhan ada diatas segala ini, meyakinkan bahwa diatas kecemasan dan antisipasi ada kemanusiaan. Saya pribadi takut luar biasa, tapi dengan wejangan oleh Maha Guru setidaknya saya paham bahwa sifat wali yang sangat dibutuhkan di masa masa krisis ini adalah لاخوف عليهم ولاهم يحزنون pada diri para kekasih allah tak ada sedikitpun kecemasan dan takut. Karena seluruh sudut hatinya telah penuh oleh cinta pada Tuhan yg membuatnya cinta pada mahluk meski pada mara bahaya sekalipun.
Para ulama terus menerus mengumandangkan didikan sepiritual yg memang sangat dibutuhkan di masa krisis kepercayaan dan penuh curiga ini. Penguatan mental, jiwa dan pilihan mnjadi landasan penguatan imun. Bagi saya itu vaksin sebenarnya. Ketenangan, tetap antisipatif sesuai anjuran pemerintah tetapi juga tetap ber perikemanusiaan pada suspect corona sekalipun. Terakhir dari saya penulis, saya pribadi juga takut akan terjangkit, tapi saya mengajak seluruh pmbaca guna berpikir rasio, mempertimbangkan kodrat kita sebagai Zoon Politicon, sebagai salah satu dari peradaban besar, salah satu dari masuarakat bahkan salah satu dari Bangsa, maka saling menguatkan, saling membantu, dahulukan kepentingan umum, kurangi egois, kurangi kekhawatiran berlebih yg bermuara pada degradasi kemanusiaan dan hilangnya tepo sliro.
Mengapa Kyai Kyai NU menanggapi Corona dengan doa dan tausiyah kmbali takut kepada Allah? Karena memang tugas ulama sprti itu,belau2 paham, mengidentifikasi hal hal diluar keahlian secara formil merupakan satu hal yg kurang baik. Membiarkan Pemerintah dan Team Medis menyelesaikan secara fisik dan membantu mempertahankan moril kemanusiaan yg kian hari kian degradasi bersama dengan merebaknya virus corona, menjadi kewajiban dan tugas para Ulama. Tetap meyakinkan bahwa ketakutan pada corona tak lantas menghalal kan dibuangnya kemanusiaan, keramahan sosial dan gotong royong pada diri bangsa.
Bagaimana tidak mengerikannya perilaku kita yang kian hari dirasa kian "binatangisme" dimana dalam otak kita adalah defensife diri sendiri tanpa memerdulikan halayak umum. Menimbun masker sebanyak banyaknya, menimbun bahan pokok sebanyak banyaknya, tanpa peduli, ada ratusan masyarakat yg kelaparan, jangankan untuk menimbun dalam rangka mengjindari penyebaran corona, untuk makan esok pun kekurangan. Maka timbunan timbunan itu akan semakin mencekik rakyat kecil. Tak akan ada lagi yg sudi membukakan pintu bagi pengemis karena dirasa tak steril da tak memakai masker, tak ada lagi memberi jabat tangan dan senyum karena trlalu takut dan curiga akan jangkitan corona. Naas sekali bangsa ini.
Maka dari itu ajaran ulama untuk Tetap meyakinkan masyarakat bahwa Tuhan ada diatas segala ini, meyakinkan bahwa diatas kecemasan dan antisipasi ada kemanusiaan. Saya pribadi takut luar biasa, tapi dengan wejangan oleh Maha Guru setidaknya saya paham bahwa sifat wali yang sangat dibutuhkan di masa masa krisis ini adalah لاخوف عليهم ولاهم يحزنون pada diri para kekasih allah tak ada sedikitpun kecemasan dan takut. Karena seluruh sudut hatinya telah penuh oleh cinta pada Tuhan yg membuatnya cinta pada mahluk meski pada mara bahaya sekalipun.
Para ulama terus menerus mengumandangkan didikan sepiritual yg memang sangat dibutuhkan di masa krisis kepercayaan dan penuh curiga ini. Penguatan mental, jiwa dan pilihan mnjadi landasan penguatan imun. Bagi saya itu vaksin sebenarnya. Ketenangan, tetap antisipatif sesuai anjuran pemerintah tetapi juga tetap ber perikemanusiaan pada suspect corona sekalipun. Terakhir dari saya penulis, saya pribadi juga takut akan terjangkit, tapi saya mengajak seluruh pmbaca guna berpikir rasio, mempertimbangkan kodrat kita sebagai Zoon Politicon, sebagai salah satu dari peradaban besar, salah satu dari masuarakat bahkan salah satu dari Bangsa, maka saling menguatkan, saling membantu, dahulukan kepentingan umum, kurangi egois, kurangi kekhawatiran berlebih yg bermuara pada degradasi kemanusiaan dan hilangnya tepo sliro.
Komentar
Posting Komentar