Bisakah Kita bertahan Hidup tanbpa pekerjaan di masa depan?

 

Tony Stark abad ini muncul dengan perusahaan besarnya Tesla, Ia yang mula mulanya tak lebih terkenal dari Stefen Jobs, Mark Zeckerberk, dan Bil Gates tiba tiba muncul tiba tiba dan seakan menjadi mesiah bagi para pecinta teknologi futuristik. dengan produk andalannya yakni Tesla, Elon Musk kemudian merajai dunia industri teknologi terbarukan dan tentu saja yang kita sukai bersama "Futuristik". produk produk tesla yang berani melangkah dengan memfokuskan pada fitur fitur yang kompatibel untuk persiapan menghadapi gelombang milenium modernisasi babak baru menjad penanda peluit bagi persaingan mobil berbahan bakar listrik dan berfitur auto pilot. setelah sukses dengan tesla kemudian Elon memulai menjajaki industri industri bidang teknologi lain, mulai dari penjelajahan luar angkasa atau bahasa kita menyebutnya "jasa Travel" ke mars hingga proyek ambisius mengembangkan Asisten AI ke dalam sistem otak manusia. dimana hal itu tentu menjadi jawaban atas Ramalan yang ditulis Yuval dalam bukunya yang berjudul Homo deus.

terlepas dari kesuksesan besar Elon dalam menghimpun miliaran dolar ke kantong digitalnya kita perlu memperhatikan lompatan besar yang Ia lakukan dengan AI atau artificial Intellegent. dengan dikembangkannya AI pada dekade saat ini dan 1 atau 2 dekade kedepan kita dapat dimaklumi bila cukup terkejut dengan perkembangan teknologi berupa mesin yang hanya membantu kita memintal kain atau mesin beroda empat yang mengurangi beban kaki kita untuk berjalan berkilo kilo meter tapi teknologi masa depan yang memanifestasi dalam AI ini akan sepenuhnya membantu kita tidak hanya tenaga tetapi juga membantu kita untuk berfikir, memutuskan dan mempermudah segala aspek pekerjaan.

dalam benak kita kita akan bertanya tanya apa itu artificial intellegent? apakah dia berbentuk robot yang akan mengambil alih bumi melalui perusahaan Skynet macam di film terminator hanya mungkin versi kita melalui tangan dingin Elon Musk tadi? atau apakah itu seperti asisten yang selalu siap siaga membantu tanpa lelah dan pamrih seperti Jarvis atau Friday di Film Ironman?

Istilah kecerdasan buatan sendiri sebenarnya diciptakan pada tahun 1956, tetapi AI telah menjadi kian populer saat ini berkat peningkatan volume data, algoritme canggih, dan peningkatan daya serta penyimpanan komputasi. Riset AI awal pada tahun 1950-an mengeksplorasi topik-topik seperti penyelesaian masalah dan metode simbolik. Pada tahun 1960-an, Departemen Pertahanan AS menaruh minat terhadap jenis pekerjaan ini dan mulai melatih komputer-komputer untuk menirukan penalaran manusia yang mendasar. Misalnya, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) menyelesaikan proyek pemetaan jalan pada tahun 1970-an. Dan DARPA menghasilkan asisten pribadi cerdas pada tahun 2003, jauh sebelum Siri, Alexa atau Cortana diberi nama.

Pekerjaan awal ini membuka jalan bagi otomatisasi dan penalaran formal yang kita lihat di komputer saat ini, termasuk sistem pendukung keputusan dan sistem pencarian pintar yang dapat dirancang untuk melengkapi serta meningkatkan kemampuan manusia.Sementara film-film Hollywood dan novel fiksi ilmiah menggambarkan AI sebagai robot mirip manusia yang mengambil alih dunia, evolusi teknologi AI saat ini tidak begitu menakutkan – atau cukup pintar. Sebaliknya, AI telah berevolusi untuk memberikan banyak manfaat spesifik di setiap industri. Teruslah membaca tentang contoh modern kecerdasan buatan dalam perawatan kesehatan, retail, dan lainnya.

dalam sejarah penelitian tentang AI ini setidaknya melahirkan 3 generasi upgrading yang masing masing memiliki capaian tentang sejarah olah teknologi ini serta masing masing memiliki fokus pengembangannya sendiri sendiri. tahun 1950 an - 1970. pada masa yang sekaligus masa permulaan ditemukannya AI ini fokus pengembangan para ilmuan teknologi adalah pada jaringan neural, singkatnya pada periode ini para ilmuwan fokus pada pembuatan dan pembangunan pondasi bagi teknologi berbasis kecerdasan, dalam rangka menciptakan replika kinerja otak manusia yang dimanifestasikan dalam wujud teknologi dimana diharapkan sistem komputasi mampu bekerja selayaknya jaringan neural di dalam otak manusia. periode selanjutnya yakni pada tahun 1980 - 2010. pada masa ini mesin (baca : artificial Intellegent) diprogram sedemikian rupa sehingga mampu melakukan analisis dan belajar dari data yang tersedia, mengidentifikasi pola dan dapat mengambil keputusan dengan lebih sedikit intervensi dari manusia hal ini lebih kita kenal dengan istilah big data. periode terakhir adalah masa kini, pada masa ini fokus pengembangan Kecerdasan Buatan atau AI adalah untuk Deep Learning. Deep learning adalah jenis pembelajaran mesin yang melatih komputer untuk melakukan tugas-tugas seperti manusia, seperti mengenali ucapan, mengidentifikasi gambar atau membuat prediksi. Alih-alih mengatur data untuk berjalan melalui persamaan yang telah ditentukan, pembelajaran mendalam menyiapkan parameter dasar tentang data dan melatih komputer untuk belajar sendiri dengan mengenali pola menggunakan banyak lapisan pemrosesan.

keajaiban ditemukannya AI tersebut menjadi semacam anugrah sekaligus bencana dalam waktu yang bersamaan. kita akan menemukan kemudahan dalam menentukan pilihan, menyelesaikan problematika kehidupan atau lebih dalam lagi kita akan terbantu menemukan pencerahan dalam penyelamatan keberlangsungan umat kita manusia. yap itu jelas menjadi sisi terbaik yang saat ini saya pribadi dapat bayangkan, tapi mari beralih pada sisi bencana hadirnya Kecerdasan yang untuk saat ini mungkin belum mencapai kecerdasan otak kita. hal yang tentu saja menjadi bencana segala lapisan dan golongan masyarakat adalah ekonomi. dalam dua dekade kedepan beberapa ilmuwan percaya milliaran manusia akan kehilangan pekerjaan mereka dan terbuang mubadzir.  tapi bukankah kita sudah mengalami revolusi mesin berkali kali tepatnya sudah ke 4 kali pada masa ini. para buruh pabrik kita dan buruh petani pada awal abad ke 17 harus didepak oleh mesin uap pada revolusi industri pertama. saya tidak mengelak mengatakan bahwa kita pernah terlantung lantung dalam ketidak tersediaannya pekerjaan, tetapi pada dekade selanjutnya kita mampu bertahan hidup dan mengisi lini lini kreatif, kita masih bisa menjadi pengembang, hanya pekerjaan pekerjaan monoton yang berpacu pada kekuatan otot saja yang kita serahkan dengan hormat pada mesin uap kala itu, tapi pekerjaan pekerjaan yang berfokus pada intuisi, dan kognisi masih kita genggam dengan erat ditangan umat manusia.

untuk mengetahui perbedaan dan penyangkalan pada kita akan tetap menguasai lini pekerjaan lain kita perlu menilik manusia sendiri. manusia pada dasarnya memiliki dua jenis kemampuan yakni fisik dan kognitif.. di masa lalu, mesin bersaing dengan manusia terutama dalam kemampuan fisik kasar saja. sehingga seperti saya saya jelaskan tadi, manusia mampu mempertahankan pekerjaan yang menuntut intuisi. tapi pada masa kini AI mulai mengungguli manusia dalam keterampilan intuisi ini. sangat penting menyadari bahwa revolusi AI bukan hanya tentang komputer semakin cepat dan pintar. itu juga dipicu oleh terobosan dalam sains hayati (life science) dan Sains Sosial (social science).  hal ini sesuai dengan apa yang saya kemukakan di muka tentang fokus pengembangan Artiificial intellegent pada 3 periode, dimana pada periode pertama para ilmuwan mengupayakan AI mampu berkerja menyerupai kemampuan neuron otak manusia, yang kemudian pada tahap tahap selanjutnya AI disempurnakan untuk belajar secara mandiri dengan data data yang tersedia hingga mampu membuat data baru, prediksi, kemampuan analisis otak manusia dan kecerdasan kecerdasan kognitif lainnya.

pada kenyataanya memang apa yang kita banggakan dalam sistem otak kita tentang pengambilan keputusan, pengambilan kesimpulan hingga prediksi bukanlah suatu hal yang magis. Ia adalah aktifitas milliaran neuron yang menghitung probabilitas dalam kurun waktu sepersekian detik. intuisi manusiawi kita juga merupakan proses pengenalan. pengemudi, bankir dan pengacara yang baik tidak memiliki kemampuan magis tentang lalu lintas dan negosiasi atau perdebatan. sebaliknya mereka hanya mengenali pola pola yang berulang tentang pejalan kaki yang ceroboh dengan segala ciri cirinya dan peminjam yang tidak kompeten hingga penjahat yang tidak jujur. jadi selama konsep berpikir manusia dapat secara ilmiyah dipelajari cara kerjanya bukan tidak mungkin AI dapat mengungguli manusia bahkan dalam tugas yang menuntut intuisi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Benarkah Nalar Membunuh Tuhan Jilid 1

Moneytheisme Bagian 1 (Lahirnya agama mayoritas)