Moneytheisme Bagian 1 (Lahirnya agama mayoritas)
Oleh : Tombo Ati
Apa kabar pembaca
Salam Sabdo Salam Empu
Melihat atau mendengar kata uang seketika kita akan terperangai dengan satu benda yang memiliki dilema dalam status keberhargaannya. Yap benar, uang memiliki dua mata sisi status yang berbeda. Di satu sisi uang menjadi kunci keberlangsungan ekonomi seluruh bangsa bahkan umat manusia, di satu sisi secara kongkrit, fisikly, riil uang benar benar tidak dapat digunakan menutupi atau memenuhi kebutuhan manusia yang begitu banyak. Ok, masih ada yang belum nangkep?. Anda bisa mengambil sebuah contoh apel, anda atau bahkan simpanse sekalipun dapat mengambil fungsi kegunaan atas keberwujudan apel, apel secara riil mampu berdiri sendiri dan memenuhi kebutuhan manusia atau hewan tanpa tergantung atas sesuatu lain. Anda dapat menghilangkan lapar, atau membagikannya pada anak anak kelaparan di afrika. Sebenarnya hal ini juga dikupas tuntas oleh Marx dalam maha Karyanya Das Kapital jilid 1 yang ditulisnya 1967 lalu. Ia menjelaskan bahwa segala benda materi di bumi memiliki dua nilai dasar. Nilai tukar dan nilai fungsi. Nilai fungsi adalah nilai atau kegunaan yang dapat diambil atas keberadaan benda tersebut contoh Pisau, pisau dapat memberikan kegunaan memotong tanpa perlu kebendaan lain. Selanjutnya nilai tukar, nilai tukar adalah nilai yang lahir atas dasar perbandingan dua benda berbeda. 1 baju berharga 4 lembar kain lenan atau satu jaket seharga 5 karung wol, perbandingan perbandingan ini yang menurut marx disebut sebagai nilai tukar, nilai yang muncul ter gantung pada benda lainnya, dan untuk mengetahui harga atau tingkatan nilai tukar suatu benda maka perhitungan ditetapkan pada besarnya kerja menghasilkan menghasilkan benda tsb.
Proses penggunaan dua nilai tersebut berlangsung sejak revolusi kognitif kita yang disusul revolusi pertanian yakni 20.000 tahun setrlah kemunculan sapien pertama di bumi. Pertukaran dan patokan pada perpindahan barang barang itu berlangsung lama, hingga beberapa ilmuwan menyatakan uang muncul pada 3000 an tahun lalu, teoatnya menurut jack weatherford (History of money, 1997) mengatakan bahwa bangsa pertama yang menggunakan uang adalah bangsa lidya yang hidup kisaran 1000 SM. Bangsa tersebut tinggal di dataran yang kini dikenal sebagai turki. Pendapat lain yang diutarakan Claen (Human behavior, 1999) bahwa uang digunakan pertama kali pada 6000 tahun lalu di dataran turki, meski Ia tak menyebut peradaban bangsa lidya sepetyi Weatherford. Setelah kemunculannya tetsebut uang menciptakan suatu sistem yang sangat rumit, Ia melahirkan bank bank, melahirkan sistem pembayaran dan berevolusi menjadi ukuran atas pertukaran. Remeh memang awalnya, sebagai inovasi dalam mempermudah transaksi karena menjadi ukuran atau nilai tukar dua barang.
Uang kemudian menjelma dan menjadikan sistem yang menggurita, Ia (uang) merubah konsep bekerja yang mulanya menjadi pengekspresian diri menjadi evolusi perbudakan modern. Sejak revolusi Industri abad 19 di inggris, industri menjadi kunci utama sumber pekerjaan dan mata sumber uang bagi para pekerja. Para petani dan pengrajin berbondong bondong bermigrasi untuk berubah menjadi buruh. Sistem buruh adalah sistem yang menggaji dengan ukuran bulanan melalui upah minimum dengan uang. Yang mulanya menuru Feurbach pekerjaan adalah aktualisasi diri dan kontribusi diri dalam kehidupan sosial kini menjadi perbudakan dengan ambisi uang. Uang yang merubah esensi bekerja ini kemudian membuat manusia tak bisa berkutik selain mengabdikan hidup padanya. Pembuat kerajinan yang berharap dengan karyanya dapat menjadi estetika seni bagi penerimanya dan menjadi bukti kemampuan seninya serta menjadi bagian dari masyarakat dengan karyanya kini harus bingung karena tak semua orang mau bertukar sekarung beras dengan patung kayu, Ia harus mengakumulasikannya, Ia harus menyiapkan investasi, Ia harus mencari investor, Ia harus mempekerjakan buruh dan memutar uang dan harus kehilangan esensi berkaryanya menjadi "mempertahankan uang tetao berada di sekelikingnya". Ia kemudian terasing dari dirinya, bahkan ketika Ia gagal, Ia harus sudi beralih profesi menjadi buruh buruh pabrik untuk tetap mendapatkan berkat dan welas asih dari uang meski membohongi dirinya bahwa Ia cinta pekerjaan sebagai tukang pengerajin.
- Dari alat menjadi Tuhan
Tak beda jauh dengan fenomena pembudakan manusia oleh temuannya sendiri sebelumnya (temuan revolusi pertanian dan perbudakan tanaman pada manusia), Uang juga perlahan merubah dirinya mendaji esensi transendental itu sendiri. Ia dipuja, Ia dicari bahkan hampir seluruh umat manusia menghabiskan 70% hidupnya untuk mengabdikan diri pada Uang. Ia tak hanya alat Ia sama seperti Tuhan pada agama agama pendahulu, Ia menciptakan Bank Bank sebagai tempat peribadatan, Ia mengorganisir dan menjadi sebuah agama. Di tulisan ini saya akan menyebutnya "Moneytheisme" atau agama penyembah uang.
Anda akan menolak mengakui Moneytheisme sebagai sebuah agama dan bahkan anda akan benar benar marah ketika saya berkata dalam tulisan ini bahwa anda adalah salah satu dari penganutnya. Untuk memperjelas, kita akan mengulas definisi dan esensi agama. Agama pertama tama adalah seperangkat cerita atau ajaran yang diajarkan oleh Nabi, atau orang yang dianggap suci. Hallen Graham pernah mengutip dalam bukunya bahwa Religion adalah aebuah kepercayaan pada suatu kekuatan diatas manusia (transenden) atau yang mengatur seluruh kehidupan. Freud dalam bukunya Hanskung menyebutkan bahwa esensi agama secara psikolog adaah tempat penyandaran dari sebuah petaka dunia. Dari orang kecil yang mencari sebuah harapan atas jaminan kehidupan yang lebih baik setelah mati, atau segala sesuatu yang menyajikan seperangkat gambaran cerita tentang keindahan dan kenikmatan sebuah harapan.
Lalu apakah Moneytheisme juga memberikan harapan dan menjadi sandaran nasib manusia?
Sayangnya Iya. Melalui uang, agama baru yang mungkin tak pernah diploklamirkan tapi diimani seluruh manusia ini mempunyai itu semua. Dari definisi dan esensi diatas tadi merujuk pada satu harapan yang disandarkan oleh manusia atau sesuatu yang disandari harapan manusia. Dan uang memberikannya. Uang memiliki seperangkat bayangan tentang kemuliyaan bagi para pengabdinya. Siapa yang tak mengebal Billgate, Jeff Bezos atau Goerge soros, nama nama kaya, mulia tersohor dan sayangnya sekali lagi diakui atau tidak diakui menjadi gambaran para saleh pemuja uang yang berhasil dan menjadi dorongan bagi manusia untuk mengikuti jejaknya. Kalian bisa melihat cerita cerita yang sama di Talmud, Al Kitab bahkah Qur'an. Cerita cerita orang orang saleh dahulu yang mengabdikan dirinya pada Tuhan dan akhirnya diberkahilah kehidupan yang mulia atau bahkan sebagai bukti bahwa mereka mendapatkan apa yang dijanjikan dalam kitab kitab tersebut.
Tidak sampai disana, Uang yang kian hari berevolusi dan bahkan menggantikan harta fisik berupa emas atau berlian dan segala batuan mulia yang diagung agungkan pada abad pertengahan. Kini melucuti tahta raja, kekayaan tidak lagi dimiliki mutlak seorang raja yang bergaun penuh emas tapi mereka mereka yang berpakaian jas dan setelannya serta taat dalam memuja uang, mereka menenteng nenteng koper, melakukan satu rapat ke rapat lain, melakukan pertemuan dan kunjungan dari satu tempat ke tempat yang lain hanya drmi mempertahankan investasi dan menghindari colaps serta pailit perusahaannya. Merekalah yang digolongkan oleh Uang sebagai golongan atau kasta utama, selanjutnya bagi mereka para kapitalis kecil, dengan modal kecil, mereka tersebar dan berkumpul drngan satu kastanya guna membangun serikat serikat kasta menengah macam Serikat UMKM dan lain lain, lalu ada buruh, disusul pekerja serabutan dan paling rendah pengangguran. Kasta terendah akan mendapati sanksi sosial oleh lingkungan. Dicap tak berharga dan sampah masyarakat bahkan oleh orang tuanya sendiri. Kau tahu kenapa? Karena tidak mengabdikan diri pada Uang dengan bekerja. Keadaan itu memaksanya bekerja apapun drngan satu tujuan Uang.
Akan ada capter selanjutnya 2 tentang belenggu Moneytheisme.
Komentar
Posting Komentar