Ia telah hilang,. Sebagai agen yg mengawasi dn menstabilkan slm tatanan kepemerintahan, sebagai penghujung mata tombak perlawanan serta sebagai manifestasi dari suatu keadilan yg berpihak pada rakyat. Seperti kata Gramscy bahwa revolusi adalah perubahan pola pikir dari hegemoni penguasa yg sudah mengakar dlm lingkungan masyarakat. Perubahan itu adalah kesadaran yg dididik oleh insan yg bebas dari ketrikatan kubu elit penguasa.
Tapi kemana? Sejak penyerangan thdp orde baru yg telah merajalela 32 tahun lamanya. Seakan reformasi menjadi puncak klimaks yg sama sekali tak revolutif dan seakan eksintentif.
Bak melihat lenin dan kegagalan kali kedua, mahasiswa yg sehabis itu mendusuki senayan mwngibarkan bendera keadilan hilang. Mereka tak mendisik maayarakat untuk bertahan dlm reformasi atau bahkan sekedar tahu apa itu "reformasi". Histori materialistik bak ttp ada bahkan menjalar kedalam gedung gedung pabrik dan tambang yg semula dibawah soeharto dan kroninya sekarang berada dibawah "Toba mas, Saratoga atau Rakabu".
Lali dimana mahasiawa, disparitas mencekik masyarakat, kenaikan ekonomi pada 2018 mencapai 1.7% tapi kran investasi ekonoki dibuka 100%. Lalu apa yg pro rakyat? Lalu dimana mahasiswa? Mereka sembunyi dibalik layar layar silau. Mereka sibuk dengan asmara tak kunjung reda, mereka sibuk dgn ipk dan tatanan elitis birokrasi. Apakah salah? Tidak. Yg salah adalah kita yg mwngesampingkan penderitaan dan jeritan masyarakat, yg hilang dlm perpaduan konflik penguasan dgn korban sipil. Kita hilang.
Sudah seharusnya kita yg kemana mana menenteng buku memberi pelajaran pada masyarakat ttg keadilan sudah saatnya kita yg kemana mana bersua dengan bahasa ilmiyah sekarang dduk menyeruput kopi sambil mendengar keluh masyarakat. Sudah saatnya.. kita turun sambil meneriakan keadilan atas kasus2 cuci tangan para penguasa! ✊✊
#panjangumirsosialisme
Komentar
Posting Komentar